Home » , » Sinopsis Drama Korea Mimi Episode 1 Part 1

Sinopsis Drama Korea Mimi Episode 1 Part 1

Written By Anonymous on Monday, February 25, 2013 | 6:31 AM

Sinopsis Drama Korea Mimi Episode 1 Part 1

Minwoo bermimpi buruk lagi. Untungnya, nada dering suara ponsel membangunkannya. Ketika Minwoo mengangkatnya ternyata itu dari leader-nya yang menyuruh Minwoo untuk cepat-cepat menyelesaikan proyeknya. Minwoo yang jengah gara-gara diburu-buru terus menjauhkan ponsel dari telinganya, membiarkan leader-nya ngoceh sampai ditutup sendiri. 

Tidak lama setelah sambungan ponsel diputus, terdengar suara nada dering lagi, menandakan ada telepon masuk. Minwoo sebenarnya malas mengangkatnya, tapi berhubung tertera nama ibunya mau tak mau Minwoo mengangkatnya. Ibu Minwoo menanyakan kondisi Minwoo, menyuruhnya cukup istirahat, minum air putih 2 kali sehari, dan mengurangi mengonsumsi kopi. Minwoo mengiyakan, tapi sama sekali tidak berniat menjalankannya. Dia meminum kopinya kembali ketika menggarap proyeknya. Sesaat kemudian, setelah minum kopi tersebut, Minwoo merasa mau mengeluarkan sesuatu dari dalam perutnya.


Demi mendapatkan udara segar, Minwoo naik ke atap apartemennya. Setelah dirasa cukup, Minwoo kembali ke apartemennya. Saat itu, Minwoo merasa dibuntuti seorang gadis. Ketika membalikkan tubuhnya, gadis itu menghilang. Setibanya Minwoo di coffe shop, gadis yang membuntutinya sudah ada di sanadan menyambut Minwoo dengan seulas senyum. Minwoo duduk di hadapan dan menatap ke arah si gadis. Gadis itu tampak tertunduk, malu. 

Minwoo kemudian mengeluarkan buku gambarnya. Gadis itu terus saja memperhatikan Minwoo. Ketika pelayan coffe shop datang, gadis itu berkata kepada Minwoo bahwa dirinya memesan cokelat. Tapi, Minwoo tidak menggubris pesanan gadis itu dan memesan minuman lain. Disini, sepertinya mulai jelas siapa gadis yang ternyata tidak bisa dilihat Minwoo tersebut. Ya, dia adalah Mimi, tepatnya arwah Mimi.




Mimi masih saja melihat Minwoo yang masih mencoba menggambar. Buntu. Sama sekali tidak terpantik ide apapun. Minwoo pun mencoret gambar yang sudah dibuatnya dan melihat sepasang kekasih di seberang meja yang asyik bermesraan. Minwoo mencoba mengabadikan momen tersebut dengan gambarnya. Di saat itu, Minwoo merasa mau muntah lagi. Sikap perhatian Mimi berubah menjadi kekhawatiran terhadap kesehatan Minwoo. Tapi Mimi dikejutkan saat diperhatikan pria yang membawa payung.

"Mr. M. Aku memanggilmu Mr. M. Karena, huruf “M” ada di semua kata yang kusukai. Modigliani. Mozart. Moon. Dan bagiku yang terbesar, tertinggi, dan paling bersinar, namamu... Minwo," tutur Minwoo.

Minwoo berkonsultasi ke dokter. Ketika konsultasi, Minwoo menyatakan jika dirinya kerap bermimpi buruk dan mendadak sakit kepala setelah menemukan sebuah kalender tahun 2003. Waktu dokter bertanya soal kalender yang dimaksudkan, Minwoo justru memperhatikan jam weker yang ada di meja sang dokter. Dokter mengulangi pertanyaannya demi meraih perhatian Minwoo. 

Minwoo menjawab bila dirinya tidak yakin benar bahwa kalender tersebut adalah kepunyaannya. Hal yang diyakininya hanyalah tulisan di kalender itu adalah tulisannya. Meski, dia mengaku tak mengingat tentang tulisan itu – apapun itu. Dokter bertanya mengapa Minwoo mau mengingat hal tersebut. Dalam penjelasannya Minwoo berkata jika sejak menemukan kalender tersebut dirinya mampu membuat webtoon yang cukup sukses secara lancar. Namun, belakangan ini, dirinya merasa buntu sebab setelah tanggal 8 Desember tak ada lagi catatan apapun di kalender tersebut.




Dokter menunjukkan tidak ada yang aneh pada hasil CT Scan Minwoo. Minwoo tidak mempercayai diagnosa tersebut dan berkata bila dirinya tidak sakit fisik, berarti dirinya sakit mental. Dokter memberi Minwoo obat, tapi sebelum dokter rampung menyelesaikan aturan pakai Minwoo langsung beranjak. Beberapa saat kemudian dia kembali, hanya untuk mencopot baterai jam weker yang mengganggu pikirannya dari tadi. 




Arwah Mimi berlarian ke sana ke mari di sebuah gang untuk menghindari kejaran pria berpayung. Ketika Mimi akhirnya masuk ke Kafe Lupin, pria berpayung tersebut sudah ada di sana, menunggu Mimi. Mimi yang ketakutan berseloroh bahwa dirinya hanya mengikuti pria yang dicintainya. Apa itu salah? Dia berjanji takkan melakukannya lagi. Namun, dengan tenang, pria tersebut berkata seraya menuangkan segelas minuman untuk diberikan kepada Mimi. Dengan ketakutan dan rasa enggan, Mimi mengambil gelas tersebut. Sebelum meminumnya, Mimi bergumam, “Jangan sakit, kau tak boleh sakit…”



Ketika balik ke apartemennya, Minwoo lagi2 merasa ada seseorang membuntutinya. Sehingga, dia buru2 masuk ke dalam apartemennya.
Minwoo mendatangi leader-nya yang kemudian menunjukkan betapa antusias fans webtoon Minwoo – yang meskipun telat diposting tetap saja memberi sambutan, bahkan ada produser film yang tertarik memfilmkan karya Minwoo tersebut. Karena itu, si leader meminta Minwoo untuk terus melanjutkan karyanya. Dia berjanji untuk membantu apapun yang diminta Minwoo. 

Tapi, perhatian Minwoo justru terfokus pada sebuah komen yang berasal dari fire warrior, yang menulis bahwa dia tahu jika webtoon diangkat dari kisah nyata. Fire warrior juga mengatakan bila dirinya tahu bagaimana cerita selanjutnya. Leader lalu bertanya, benarkah webtoon Minwoo diangkat dari kisah nyata? Minwo tidak menjawab pertanyaan leader-nya. Dia masih terfokus pada Fire Warrior, khususnya pada foto profilnya yang merupakan foto sekolahannya. Minwoo meminta leader-nya mengatur pertemuan dirinya dengan Fire Warrior.








Saat sedang di kereta, Minwoo menghubungi leader-nya untuk mengatur pertemuannya dengan Fire Warrior secepatnya. Leader Minwoo menyanggupi permintaan Minwoo tersebut. Minwoo melihat kalender miliknya lagi. Dia ingat kata2 dokter yang menyarankannya untuk menyusuri masa lalu. Sebab, jika benar itu adalah kalender milik Minwoo, berarti Minwoo kehilangan atau kelupaan beberapa bagian tentang masa lalunya. Minwoo makin penasaran bagaimana bisa dia lupa dengan segala catatan yang ditulisnya di kalender tersebut – seperti kelas seni, sepeda, dan ciuman pertamanya.
==flashback==





Mimi melihat gambaran sebuah arloji dan seseorang akan mengalami kecelakan. Dia tercenung sesaat. Mimi lantas menceritakan apa yang dilihatnya kepada Bibinya. Bibi Mimi menebak jika Mimi pasti habis bermimpi hantu. Mimi mengiyakan, tapi menjelaskan jika kali ini bukan hantu melainkan manusia. Bibi Mimi memukul Mimi karena mengira Mimi sedang ingin bermain-main dengannya – saat itu Bibi Mimi sedang sibuk melayani para pelanggan. Dipukul Bibinya, Mimi mengaduh. Bibi Mimi melihat bekas pukulan. Karena, tidak menemukan satu pun bekas, Bibi Mimi meminta keponakannya itu supaya tidak lebay dan sebaiknya membantunya ketimbang mengganggunya. Emosi Bibi langsung padam begitu dia melihat beberapa siswa sekolah masuk salonnya. Mimi menjemur dan melihat segerombolan anak2 sekolah asyik bermain di jalanan. Mimi masuk dan melihat baju sekolah miliknya.




Besoknya Mimi, yang sudah memakai seragam sekolah, datang ke sekolah. Saat itu masih sepi. Penjaga sekolah melihatnya selintas, tapi dia membiarkan Mimi berlalu. Sebab, Mimi datang dengan memakai seragam. Mimi kemudian berdiri tengah2 sebuah kelas. Dia berlagak seolah2 sedang memperkenalkan dirinya sebagai murid pindahan. 

Ya, Mimi pindah ke daerah tersebut sudah setahun lalu. Keluarganya mempunyai sebuah salon rambut yang terletak tidak jauh dari sekolah dan sebenarnya Mimi ketinggalan satu semester. Dia harus tidak sekolah karena sakit. Minwoo memperhatikan tingkah Mimi dari luar kelas. Setelah dirasa cukup, Minwoo berlalu. Mungkin Minwoo mengira Mimi adalah siswa baru betulan.

Mimi merasa jika dirinya akan senang kalau bisa sekolah lagi – mencorat2 papan tulis dan berlarian di lorong sekolahan. Waktu Mimi melihat coretan di dinding, seperti tanggal jadian, Mimi menjadi bahagia. Lalu, mendadak napas Mimi menjadi sesak. Mimi mengatur napasnya.




Ketika merasa sudah lebih baik Mimi melanjutkan berjalan-jalan keliling sekolahnya. Sampai Mimi ada di ruang seni dan mendengar jika ada seseorang sedang bernyanyi. Tanpa takut Mimi mengintip ke dalam ruangan. Dia melihat punggung seorang pria yang sedang asyik menyanyi sambil memainkan gitar. Pria itu ternyata Minwoo. Lantaran keasyikan, Mimi tidak menyadari Minwoo mau keluar. Mimi buru2 pergi. Tapi, kakinya tersandung sapu lalu buru2 pergi tanpa menoleh lagi. Minwo menyadari ada seseorang di sana dan pergi.




Seperginya Minwoo, Mimi kembali lagi dan masuk ke ruang seni. Disana, Mimi menemukan lukisan, yang ketika dipegangnya ternyata masih basah. Mimi bingung – terlebih ketika terdengar suara langkah mendekati ruang seni. Itu suara kaki Minwoo. Mimi buru2 sembunyi di balik lemari. Minwoo yang menemukan lukisannya dalam kondisi rusak. Tapi, waktu mencari pelakunya Minwoo tidak menemukan siapa2. Karena itu, Minwoo berusaha memperbaiki lukisannya. Mimi mengintip dari balik lemari. Dia melihat wajah Minwoo yang fokus memperbaiki lukisan. Dada Mimi berdenyut kencang persis seperti saat dia sakit. Hari mulai temaram. Minwoo merapikan perlengkapan melukisnya dan siap2 cus ke rumah.

Sebelum pulang, Minwoo tidak lupa mengunci pintu ruang seni. Mimi yang menyadari jika ruangan tersebut hendak dikunci Minwoo bergegas keluar dari lemari. Sayangnya, itu terlambat Mimi lakukan. Minwoo keburu pergi. Bahkan, ketika Mimi memanggilnya pun Minwoo tidak mendengarnya. Ketika Minwoo mengembalikan kunci, penjaga sekolah menanyakan gadis yang seumuran dengan Minwoo sudah pulang. Minwoo teringat gadis yang dilihatnya tadi, tapi dia tidak tahu apa gadis itu sudah pulang atau belum.

Sekeluarnya dari gedung sekolah, Minwoo melihat ke arah ruang seni dan menemukan jika jendela ruang seni terbuka, padahal tadi sudah ditutup. Minwoo buru2 balik dan mengetuk pintu ruang seni. Mimi menyahut. Benar dugaan Minwoo ada orang lain di ruang seni tersebut. Minwoo mencari penjaga sekolah tapi si penjaga sudah pulang. Minwoo tidak menyerah dan mencari guru untuk meminjam kunci ruang seni. Sayang, guru itu tidak memiliki kunci.



Minwoo yang kembali ke ruang seni dengan rasa bersalah akhirnya terduduk di lantai bersandar pintu. Mimi sadar itu artinya Minwoo juga tidak membukakan pintu untuknya, duduk di lantai bersandar sisi pintu yang lain. Sejenak kemudian, Mimi minta maaf karena sudah merusak lukisan Minwoo. Minwoo cuma terdiam. Mimi menanyakan mengapa orang dalam lukisan Minwoo tidak ada matanya. Minwoo menyahut jika mata adalah jendela hati (perasaan) seseorang, dan dirinya tidak tahu bagaimana hati seseorang itu. Mimi terdiam mendengar jawaban itu. Minwoo menyetel mp3 miliknya dan memperdengarkannya. Mimi ikutan mendengar.



Besoknya… Minwoo segera mengambil kunci ruang seni dari penjaga sekolah. Ketika Minwoo membuka pintu, terlihat Mimi masih tertidur. Minwoo tak ingin membangunkan Mimi supaya dia bisa membeli susu. Tapi sekembalinya, Mimi sudah tidak ada di ruang seni.

Saat Mimi pulang ke rumah yang juga toko salon, Bibinya sudah menanti. Tapi Bibi Mimi memilih menunda hukuman untuk Mimi dan mengajaknya ke dokter. Sejak tiga bulan sebelumnya sakit, dokter masih saja belum tahu apa penyakit yang diderita Mimi. Lalu, Mimi tiba2 merasa tahu apa yang menjadi penyakitnya, yaitu penyakit hati. Hatinya selalu berdegub kencang, kepala pusing, mata selalu hanya fokus pada sesuatu.  


Minwoo berdiri di lorong sekolah. Sepertinya dia berharap bisa melihat Mimi di sana, tapi sayangnya Minwoo tidak bisa menemukan Mimi. Dan kemudian, Minwoo melihat seorang gadis yang mirip dengan Mimi. Minwoo membuntuti gadis itu sampai di aula sekolah. Ketika pura2 berdiri di sebelah gadis itu, Minwoo baru tahu jika itu bukanlah Mimi.

===flashback end===

0 comments:

Post a Comment